Blogger Kalteng

Inspirasi; Belajar Semangat Dari Keterbatasan Mereka

BLOGGER KALTENG (Palangka Raya) - Kali ini saya ingin bercerita tentang dua sosok manusia, yang menurut saya unik dan konyol. Tak kenal maka, saran saya gak usah kenal saja, karena bila anda mengenal dua orang ini siap-siap setiap hari makan gratis,…wah asyik donk…!!! Ets. Bentar dulu, dua orang ini tak pernah yang namanya menolak ajakan orang makan, walupun itu hanya becanda atau basa-basi mungkin, tak hanya itu dalam setiap percakapan mereka selalu ada yang namanya menyinggung soal “makan”. Saya sendiri sangat merasa menyesal, kok bisa yaa kenal mereka. Yaa mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, apalah daya saya nikmati saja kebersamaan bersama mereka.
Itu soal makan, soal intelektual jangan diragukan lagi, diskusi bareng mereka tak ubahnya diskusi bareng Pak. JK lah, atau Prabowo, atau bisa jadi Jokowi. Simak deh sekilas tentang mereka…

Sebut saja namanya Rakhdinda Dwi Artha Qairi, dengan nama KTP Ondol. Kelahiran Pantai Lunci, 24 Agustus 1991, hidup dipesisir pantai yang sampai sekarang tidak bisa berenang. Ketika ditanya kenapa anda tidak bisa berenang padahal hidup di pesisir pantai, jawabannya sederhana “cukup ikan saja yang berenang, manusia tidak usah”, konyol bukan.
Laki-laki satu ini salah satu penikmat gado-gado, nasi pecel, mie ayam dan makan cepat saji (yang gratis dan full servis), maka tak heran badannya berlemak. Tentang cita-citanya yang ingin menjadi Konsultan SDM, Pengusaha, Pakar Pendidikan, dan menjadi suami dari istri yang shalehah. Apakah itu tidak ketinggian ndol. J
Ketika dilontarkan pertanyaan, sejauh mana persiapan anda untuk meraih cita-cita itu? “Saya sudah menyusun strategi dan menapakki perlaha”, sekarang menjadi staf Kampoeng Inggris standford Palangkaraya, pustakawan di Perpustakaan Umum Islam, mengejar beasiswa Internasional, dan sedang giatnya mendalami bahasa Inggris.
Kalau persiapan menjadi suami sholeh dari istri yang shalehah apa? “Belajar menjadi imam, mendalami Islam, dan belajar menghargai wanita sebaik mungkin”.
Tak hanya itu, laki-laki satu ini juga jago orasi dan pidato, sudah banyak prestasinya dibidang retorika (seni berbicara). Pernah menjadi guru privat pidato, dan muridnya yang dulunya gak pernah juara, ajaib men…setelah mendapat bimbingannya langsung menjadi juara 3.
Mungkin cukup buat pria konyol jenius ini. Kita beralih ke seorang jurnalis dengan ciri uniknya pake kacamata umur 5 tahun, bias dibayangin bagaimana kusamnya tuh lensa. J
Namanya Coirul Fuadi dengan panggilan Co’, kelahiran Pangkalan Bun, 31 Agustus 1992. Hitam kurus (anggap : hitam manis) itulah dia, yang mencoba terjun ke dunia sastra tapi GAGAL, bayangin nulis sastra pake rumus 5W+1H, gak kebayangkan bagaimana jadinya.
Co’ ini penikmat semua makanan gratis yang penting halal. Bermodalkan sepatu dan baju batik, nongkrong aja di acara syukuran orang. Amankan hidup…!!!
Cita-citanya sederhana, pengen jadi salah satu pencetus (partikel kecil J) kampoeng Inggris Palangkaraya, menjadi suami yang shaleh dari istri yang shalehah (gak kreatifkan, nyontek aja kerjaannya) J
Co’ ini tengah giatnya menulis Proposal Skripsi dengan judul “The Students’ Perception Toward Implementation Of English Speaking Area At Ulin Nuha Dormitory Of STAIN Palangka Raya”, keren ya judulnya, gak tau tuh kapan selesai. Kita doakan semoga cepat selesai ya Co’. amin
Yang menjadi substansi dalam cerita ini adalah, bagaimana kita belajar kepada kesederhanaan mereka, kemauan keras mengejar cita-cita, kuliah+kerja, dan saya merasa beruntung berada ditengah-tengah mereka, teman nongkrong yang asyik, dan saya merasa lebih dari mereka (lebih putih, dan lebih berisi dari Co’).

Catatan :
Tulisan ini sebelum diterbitkan telah disepakati oleh kedua belah pihak, baik konten dan isinya. 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post