Hari ini aku sadar bahwa kita butuh sebuah hiburan, bukan dangdut, pop,
atau lagu melayu. Bukan itu maksud saya, hiburan yang mampu mengencang dan
mengendurkan urat-urat saraf, membuat kita tampak bersahabat jika melakukannya.
Tertawa, tertawa lepas yang kita butuhkan. Apa lagi ditengah persoalan yang
semakin rumit, keadaan cuaca yang tidak menentu, kadang hujan dan kadang panas.
Sungguh, kita butuh hiburan berupa komedi atau lawak, bisa jadi kita butuh
orang-orang tangguh dalam bidang stand up comedy.
Tertawa lepas (tanpa sadar) seakan menghilangkan sepuluh persoalan yang
ada dalam pikiran. Membuat kita lupa, bahwa dompet kosong, belum makan, banyak
hutang, atau bagi mahasiswa belum bayar uang kuliah. Walaupun setelah berhenti
tertawa kita kembali difokuskan dengan persoalan-persoalan yang semakin
dipikirkan semakin rumit.
Hal ini terlintas begitu saja, ketika saya bercermin dan mengingat
berapa kali saya tertawa hari ini, berapa banyak waktu yang saya gunakan untuk
tertawa. Sangat sedikit sekali, dan hal ini bukan berarti saya tidak berada
ditengah orang-orang lucu, padahal ditempat saya sekarang berkumpul puluhan
mahasiswa yang unik dan super aneh, gila, penuh dengan perjuangan, dan setiap
hari selalu dikeluhkan dengan pernyataan “makan apa hari ini?”, namanya juga
asrama.
Coba deh, iseng-iseng jalan dan catat orang-orang yang tertawa. Berapa
banyak? Apakah semua orang mempunyai persoalan? Ya, itu jelas. Masalah ada
untuk mendinamisasi kehidupan kita (nyontek kata bijak), semua bersarang di
otak, dan bahkan kita tidak mampu untuk melakukan sebuah tindakan. Dalam hal
ini, tertawa itu sangat dibutuhkan.
Mungkin, anda yang sedang membaca tulisan ini juga tengah berpikir,
antara benar dan salah, dan lihat apa yang anda lakukan, hanya diam dan
meresapi setiap kata yang saya tulis, coba sekarang tertawa, ingat-ingat masa
kecil yang bahagia bersama keluarga, atau bareng teman-teman, atau bisa jadi
masa bahagia bareng kekasih. Setelah anda tertawa, coba rasakan apa yang sedang
terjadi dalam pikiran dan kehidupan anda setelah itu.
Hari ini juga saya iseng-iseng mengingat berapa kali saya marah dan
berapa kali saya tertawa atau hanya sekedar senyum, senyum sendiri atau
senyum-senyum depan orang. Ternyata, faktanya saya lebih banyak diam, ngelamun,
berpikir berat, sibuk ngatur jadwal, dan marah-marah gak jelas. Tertawa, hampir
tidak ada. So, jadilah kita pribadi yang tetap anggun, santai, dan menikmati
setiap proses. Jangan lupa untuk tertawa dan rasakan bahagia dengan bersama
orang-orang terdekat anda atau mengingat masa lalu, dan jangan pernah tertawa
bahagian untuk bermimpi mengukir masa depan.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.