Blogger Kalteng

Kemandirian Anak-anak...Kisah ke-2 adik ku.


Di sebuah perkampungan yang relatif jauh karena jalannya yang rusak, sehingga yang seharusnya untuk jarak tempuh 2 jam menjadi 4-5 jam., di sana semua orang ramah tamah dan penuh dengan kebersamaan. Tampak di sana bangunan dua mesjid yang cukup megah menjadi simbol bahwa masyarakatnya adalah mayoritas beragama Islam, hanya beberapa orang yang beragama non Islam, itupun hanya pendatang. Tak kalah hebat lagi di sana tampak juga bangunan jembatan yang cukup membuat penggunanya bergoyang karena memang jembatannya bergoyang, menghubungkan antara dua tempat yang terpisah oleh aliran sungai. Desa ini terbagi menjadi bagian timur dan barat. Di bagian barat inilah ada figur dua anak kecil yang tegar dan mandiri. Siapa mereka?

Memulai dari kehidupan mereka dengan kedua orang tua yang hanya sebagai petani, yang mempunyai penghasilan cukup, yang kadang-kadang kurang. Namun semua bukanlah menjadi ukuran sebuah kebahagiaan, bukan harta yang menjadi ukuran semuanya. Tapi bagaimana menyelaraskan semuanya sehingga mampu menjadi sesuatu yang istimewa; inilah yang menjadi prinsip hidup keluarga ini.

Tangis sering kali menghiasi terdengar di bangunan rumah keluarga ini, disebabkan karena keaktifan (bukan karena kenakalan) dua gadis kecil ini, bermain-main sampai menangis, karena dimarahi, karena kecewa karena keinginannya tidak bisa terwujud (maklum anak-anak); mungkin mau minta dibelikan permen atau es, gak dibelikan karena mereka sedang batuk atau sakit. Tangis anak-anak sering kali disebabkan karena keinginan atau hasratanya tidak terpenuhi. Namun orang tua lebih mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anaknya. Tawa juga sering terdengar, karena kebahagiaan dan ada hal yang lucu. Nampak jelas terdengar keluar dari mulut kecil yang suci. Bunyi langkah kaki yang berlarian tak karuan juga menjadi suguhan hangat siang dan malam, walaupun kadang menjadi masalah, namun di balik semua itu adalah hal yang istimewa karena tiba saatnya nanti tidak akan ada lagi. Subhanallah.

Dengan sifat mereka berdua yang berbeda-beda, ada yang cengeng (suka nangis), ada yang kuat, ada yang pendiam, ada yang aktif, suka merajuk/ngambek, kadang-kadang rajin kadang juga malas, baik disuruh belajar atau mengerjakan tugas-tugas rumah seperti mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, lambat dan cepat bangun pagi, suka nonton TV, ada yang susah di banguni ketika pagi, dan ada yang bangun sendiri walaupun tidak di banguni, kalau malam suka minta dimanjai, dan masih banyak lagi.

Namun yang menjadi hal istimewa dari mereka adalah sifat tegar dan mandiri yang terlahir alami dengan selalu mendapat bimbingan dari orang tuanya. Kedua sifat tegar dan mandiri ini nampak jelas ketika pada suatu waktu mereka ditinggal orang tuannya bermalam di ladang, hal ini dikarenakan musim pertumbuhan dan panen padi dan sayuran tiba, walaupun kadang suatu waktu orang tuanya bermalam dirumah, dan kadang juga mereka di bawa. Tangis dan rasa sedikit kehilangan memang ada dalam wajah mereka, semua nampak jelas; hal ini memang sangat dimaklumi karena mereka masih anak-anak yang dalam pertumbuhan, namun ada hal yang menakjubkan dari mereka. Apakah itu? Mereka mampu melihat bahwa semua itu adalah hal yang terbaik untuk mereka, dan semua yang orang tuanya lakukan karena dan untuk mereka, hal pemikiran ini muncul secara tidak sadar dalam pikiran mereka dengan sifat polos yang masih dalam taraf kecenderungan dalam diri ke dua anak kecil ini. Mereka mampu menepis pikiran ketidak perhatian dari kedua orang tuanya ke pikiran masa depan mereka; sungguh suatu anugerah dari Sang Maha Pencipta. Hal ini bukanlah hal yang biasa ada tapi hanya orang-orang tertentu yang mampu mengambil hikmah dari semuanya, dan hal ini terjadi di kedua anak kecil yang polos, yang semestinya sifat dan rasa egoismenya lebih dominan dari daya pikir positifnya terhadap suatu peristiwa atau perjalanan hidup. Anak-anak sringkali waktu pagi ditemani ayah atau ibunya untuk mandi namun mereka dengan sifat kekanakannya melakukan hal ini dengan sendiri, dan menyiapkan pakaian sekolahnya sendiri, menyisir rambut sendiri, memakai bedak sendiri, memasang kaos dan sepatu sendiri, semua hal dilakukan tanpa orang tua, namun hal ini mampu mereka lakukan; suatu hal yang spontan yang tidak sadar bahwa orang tua mereka mengajarkan hal yang begitu bermanfaat dan hanya orang-orang tertentu yang mampu mengambil hikmahnya. Semoga hal ini menjadi pelajaran yang berharga bagi semua orang tua, bahwa membimbing dan mengarahkan anak-anak hendaknya di awali masa dini, ada hal yang sewaktu-waktu anak-anak bisa kita manjakan dan ada hal dan waktunya juga anak-anak kita ajarkan kemandirian.

Berbeda lagi saat mereka membagi makanan, misalkan satu bungkus mie yang saling berbagi dan saling menikmati dengan lahapnya sebelum atau sesudah pulang sekolah, kadang juga mereka berdua di berikan masing-masing satu bungkus mie yang apabila dimakan ketika pulang sekolah hanya di masak separuh/sebagian saja dan bumbunyapun diatur/dibagi sedemikian rupa sehingga mie yang dibagi itu tetap terasa nikmat di lidah mereka, dan sebagian mie tadi disimpan untuk makan sorenya atau ketika mereka usai bermain. Kadang juga telur goreng/rebus ini pun sama halnya seperti mie dibagi/disisa kan untuk makan sore nanti,.dan kalau kita lihat bagi anak-anak lainnya satu bungkus satu orang dan habis dimakan pada satu waktu, begitu juga dengan telur goreng/rebus habis dimakan satu waktu saja; hal ini bukan dikarenakan kurang kemampuan untuk membelinya tapi lebih kepada bagaimana anak itu memanajemen/mengatur sesuatu yang sedikit untuk hal yang lebih banyak, sifat seperi ini sebenarnya hanya dimiliki oleh para pembesar, pemimpin, atau pemimpin perusahaan, atau dalam bahasa yang sederhana sifat irit/cermat dalam membagi hal.  Sungguh hal yang istimewa anak-anak mampu bersikap dewasa layaknya seorang pembesar yang sudah mampu meresapi setiap napas kehidupan.

Yang menjadi pertanyaan besar, siapakah dua gadis kecil ini?

Mereka adalah kedua adik ku Gia Safitri (Gia) dan Amelia Agatha (Lia), yang sekarang menempuh pendidikan sekolah dasar kelas VI dan kelas IV, dan pada peristiwa di atas mereka masih duduk di kelas bawah. Sekarang mereka mampu membuktikan bahwa mereka mempunyai prestasi, selain juara kelas mereka juga pintar mengaji. Rajin belajar dan suka membantu orang tua memberesi rumah, walaupun kadang juga ada sifat malasnya (maklum anak-anak), dalam taraf perkembangan dan pengendalian diri. Aku sebagai saudaranya yakin sifat yang demikian akan menjadi hal yang tak pernah hilang dari diri mereka, bagaimana mereka memandang aku tidak bisa seperti mereka (dari segi ekonomi), tidak menjadi sebuah halangan atau masalah yang besar, bahkan bagi mereka hal demikian hanyalah selayang pandang dalam taraf perkembangan mereka. Mereka cukup dengan “aku sekarang”, bukan mereka/orang tua/keluarga tidak mampu tapi bagaimana menanamkan sifat kesederhanaan dalam keluarga atau dalam kehidupan, apalah artinya harta tanpa kebahagiaan dan kesuksesan akan kecerdasan ilmu pengetahuan, yang harus dilakukan adalah bagaimana mulaii dari kecil kita menanamkan sikap memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan akhlak yang baik, bukan memperkaya diri dengan harta.

Orang bijak mengatakan “Bila kita mempunyai harta yang banyak maka kita akan susah mejaga dan mengawasinya setiap waktu, tapi sebaliknya jika kita mempunyai ilmu pengetahuan yang banyak maka kita akan terus terjaganya” ; jadi yang lebih utama bagi anak-anak adalah bagaimana orang tuanya memperkaya mereka dengan ilmu pengetahuan dan akhlak. 

Maju terus untuk kedua gadis kecilku, semangat terus. Bermimpilah yang tinggi, petik bintang yang ada di langit; karena dunia milik kita, kau harus mampu menggenggam langit dan waktu. Dekatkan dirimu kepada Sang Maha Pencipta, dengan terus beribadah tanpa kenal lelah, jadikan Al Qur’an sebagai penghias bibir dan suaramu, lantunkan rumah kita dengan bacaan Al Qur’an, hafal dan tulislah ayat-ayat yang ada di mushaf itu. 

Jadilah engkau sebagai kabar dan berita terbaik untuk kedua orang tuamu, tak apalah kita susah dari segi ekonomi tapi jadikan diri kita kaya dan sebagai pusat ilmu pengetahuan, jadikan diri kita di kenal karena ilmu, bukan di kenal karena harta. Tulisan ini terkhusus buat adik-adikku. Gia & Lia.

Salam sayang dari abang mu_debu_yandi novia.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post