Blogger Kalteng

Peran Muhammadiyah Dalam Perubahan Sosial, Gerakan Pembaharu, Gerakan Amal dan Pemikiran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kehidupan adalah perubahan. Dan perubahan itu ada yang bersifat progressif revolusioner. Hal ini membuktikan bahwa dalam diri manusia tidak berada dalam ruang yang kosong dan statis. Ada kesinambungan antara masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.Perubahan sesuatu yang alami dan dikehendaki manusia maupun tidak. Karena itu dalam pergumulan eksistensi umat Islam sebagai khalifah fil ardh umat Islam senantiasa berhadapan dengan perubahan internal-eksternal sehingga mustahil untuk menutup diri dan pura-pura tidak tahu akan adanya perubahan yang terjdi.
Berdasarkan hal itulah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam AMNM memposisikan dirinya sebagai gerakan tajdid dituntut untuk melakukan refleksi diri serta memperbaharui tekad orientasi dan gerakan di masa mendatang. Lebih-lebih lagi pada wilayah paham keagamaan dan kemasyarakatan seperti pendidikan, kebudayaan,ekonomi, dan sosial politik.Untuk dapat melakukan peran tersebut Muhammadiyah harus melakukan Tajdid.
Tajdid artinya Pencerahan dan pembaharuan yang mencakup aspek yang sangatluas. Pencerahan artinya: penjelasan ulang dalam bentuk kemasan yang lebih baik dan sesuai dg ajaran-ajaran agama yg pernah diungkap oleh para pendahulu. Apa yang diungkap pada masa dahulu boleh jadi ditolak karena kurang lengkapnya argumentasi atau belum siapnya masyarakat ketika itu menerimanya. Pembaharuan maksudnya; mempersembahkan sesuatu yang benar-benr baru yang belum pernah diungkap sebelumnya.
Tajdid pada intinya adalah menemukan kembali substansi agama untuk diberi pemaknaan baru dalam pengungkapannya dalam suatu konteks baru yang berubah.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah peran Muhammadiyah dalam perubahan sosial ?
2.      Bagaimanakah peran Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu ?
3.      Seperti apa peran Muhammadiyah dalam hal keseimbangan gerakan amal dan pemikiran ?
4.      Bagaimanakah Titik strategis pemikiran Muhammadiyah ?


BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.    Peran Muhammadiyah  Dalam Perubahan Sosial

Salah satu organisasi terpenting di Indonesia sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan sampai sekarang adalah Muhammadiyah. Organisasi ini pada awal berdirinya menitikberatkan pada pembaharuan di bidang agama dan pendidikan Islam. Dalam perkembangannya organisasi ini juga terlibat dalam politik yang berlangsung di Indonesia. Menurut Taufik Abdullah, Muhammadiyah hanya mungkin dapat dipahami kalau sejarah ditempatkan dalam dinamika hubungannya dengan masyarakat dan negara di Indonesia ini
Pembaruan agama dan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah telah banyak melahirkan manusia-manusia yang pandai. Dari manusia yang pandai ini maka melahirkan kekuatan kepekaan hati, sehingga sangat respon dan agresif terhadap berbagai gejala yang kecil maupun kompleks. Proses inilah yang melahirkan pemikir-pemikir yang kritis mulai dari KH. A. Dahlan sampai M. Amien Rais, dimana mereka itu merupakan figur Muhammadiyah yang sangat respek menanggapi gejala perubahan zaman. Mereka merespon berbagai permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara serta beragama yang datang silih berganti, tak terkecuali kehidupan politik yang mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Organsiasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 dengan pendirinya KH A. Dahlan atas saran murid-muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo untuk mendirikan organisasi yang bersifat permanen. Organisasi ini bertumpu pada cita-cita agama sebagai aliran Islam modernis yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi umat Islam Indonesia. Agama Islam di Indonesia pada waktu itu tidak utuh dan murni karena pemeluknya terkungkung dalam kebiasaan yang menyimpang dari al-Qur’an dan hadis. Keadaan ini tidak menumbuhkan simpatik pada pemeluknya, lebih-lebih dari kalangan muda yang sudah mendapat pendidikan Barat. Bahkan mereka menganggap bahwa Islam dianggap sebagai penghambat kemajuan bangsa. Hal inilah yang mendorong KH.A. Dahlan untuk mendirikan Muhamamdiyah dengan tujuan untuk membersihkan berbagai ajaran yang jauh dari Islam seperti perbuatan musyrik, bid’ah dan lain-lainnya.
 Perjuangan yang khas yang dilakukan Muhammadiyah adalah pendidikan walaupun dibidang lainnya seperti sosial dan keagamaan juga menjadi perhatian. Dari pembaharuan dibidang pendidikan inilah Muhammadiyah berhasil mencetak manusia muslim yang berbudi luhur, alim, luas pengetahuannya, dan paham masalah dunia dan agama. Sistem pendidikannya dibangun dengan menggabungkan cara tradisional dan modern, dari madrasah sampai perguruan tinggi. Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang menggabungkan antara iman dan kemajuan, sehingga umat Islam tidak ketinggalan dalam dunia yang modern ini.
Begitu banyak peranan Muhammadiyah yang telah mewarnai kehidupan di Indonesia ini diantaranya dibidang politik. Penelitian ini berusaha mengungkapkan peranan Muhammadiyah dibidang politik pada masa kontemporer, terutama perilaku politik Muhammadiyah pada era reformasi melalui Partai Amanat Nasional (PAN) tahun 1998-2000. walaupun PAN bukan satu-satunya partai politik orang Muhammadiyah, tetapi hadirnya PAN tahun 1998 sangat dekat dengan Muhammadiyah, meskipun Muhammadiyah tidak terikat dengan partai politik manapun.
Sejarah mencatat Muhammadiyah tidak pernah berpolitik praktis, namun sebagai individu pada organisasi tersebut boleh berpolitik. Selama itu hubungan antara Muhammadiyah dengan politik bersifat khas. Muhammadiyah, disatu pihak bukan menjadi organisasi politik, tetapi dipihak lainnya Muhammadiyuah harus tetap memperdulikan masalah politik internasional. Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan konsep dakwah dan kegiatan sosial. Sehubungan dengan hal ini Amien Rais mengatakan, “Dalam banyak hal, kelancaran dakwah dan syiar Islam ditentukan oleh payung politik yang ada. Bila payung politik yang ada tidak melindungi kelancaran dakwah, organisasi seperti Muhammadiyah akan banyak menemui hambatan dalam melaksanakan aktivitasnya.”.
Perubahan Muhammadiyah selalu berkaitan dengan berbgai persoalan yang ada di masyarakat, sehingga Muhammadiyah mampu merespon zaman. Hal ini dapat dilihat pada masa kepemimpinan KH.A.Azhar Basyir yang lentur kepada pemerintah Orde Baru. Muhammadiyah pada waktu itu termasuk pilar yang berada dalam pandangan paradigma akomodasi Islam dengan penguasa Orde Baru. Perubahan dalam Muhammadiyah terjadi pula ketika kepemimpinan berada di tangan Amien Rais, dimana Muhammadiyah mulai kritis dan selektif terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru.
Sikap perubahan Muhammadiyah diawali ketika Tanwir Muhammadiyah ke-43 di Surabaya. Dalam kesempatan tersebut Amien Rais melontarkan isu perlunya suksesi kepemimpinan nasional. Amien menilai bahwa kepemimpinan nasional sudah menunjukkan kebobrokan moral dan kepemimpinan nasional sangat tidak demokratis. Keadaan yang ada pada masa itu menurutnya sudah anti
Pancasila, anti kemanusiaan, anti keadilan sosial, dan anti moralitas. Dalam pandangan Nurcholis Madjid dalam waktu 32 tahun kehidupan nasional telah kehilangan ethical paradigm morality dari proses pembangunan nasional.
Pada perjalanan politik bangsa Indonesia akhir 1990-an menunjukkan kehidupan politik sudah menimbulkan bencana bagi sektor sosial dan budaya. Untuk mengatasi permasalahan yang multidimensi ini, Muhammadiyah mencoba untuk merefleksikan dan mengimplementasikan konsep the high politic untuk menyingkirkan the low politic guna merubah pola pikir dan sikap kehidupan bangsa. Muhammadiyah mengembangkan politik dengan membendung hal-hal yang bersifat negatif dan mengarahkan kepada yang positif. Dalam bahasa Muhammadiyah atau umat Islam dikenal dengan amar ma’ruf nahi munkar.
Amien Rais dan Muhammadiyah yang menggunakan politik adi luhung bersama rakyat mencoba mendobrak gerbong reformasi untuk mengadakan perubahan kehidupan politik bangsa Indonesia. Pada Mei 1998 akhirnya Orde Baru runtuh dan berganti dengan era reformasi. Pada masa reformasi inilah mulai bermunculan partai politik sebagai akibat dari kebijakan yang diberikan oleh pemerintahan reformasi bagi semua orang untuk mendirikan partai politik. Salah satu partai yang muncul itu adalah Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan oleh M. Amien Rais. Hadirnya partai ini sangat dekat dengan warga Muhammadiyah karena tokoh partai ini adalah ketua PP Muhammadiyah, sehingga hubungan antara keduanya sangat dekat walaupun bersifat informal.
  1. B.     Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pembaharu

Muhammadiyah lahir sebagai perwujudan gagasan kritis dan keberanian untuk mempelopori gerakan pemurnian pengamalan ajaran islam. Ia lahir sebagai hasil evaluasi keadaan umat islam di zaman nya. Oleh Almarhum KH. Djarnawi hadikusumo dijelaskan bahwa sewaktu muhammadiyah dilahirkan, kaum muslimin Indonesia dalam keadaan kemunduran total di segala bidang kehidupannya, terutama kemunduran dalam pemahaman serta pelaksanaan ajaran agama islam. Oleh sebab itu, KH. A.Dahlan bercita-cita untuk mengangkat martabat mereka serta meluruskan  pemahaman serta pelaksanaan ajaran agama islam sehngga sesuai dengan ajaran  yang di gariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Situasi seperti itulah yang m,enggerakan beliau untuk berusaha memurnikan aqidah, menghilangkan berbagai bentuk bid’ah, khurafat, dan takhyul.
Dimana unsur tajdidnya sehingga beliau disebut orang reformer ? sebenarnya bukan terletak pada orisinalitas konsep pemurnian pengalaman agamanya, melainkan terutama olehkeberaniannya melakukan apa yang dicita-citakannya dan cara sosialisasikan ide tersebut. Beliau seorang mujahid, seseorang yang berani dan gigih, penuh keyakinan akan berhasilnya cita-cita. Seseorang yang penuh keikhlasan mengorbankan segalanya untuk mencapai cita-citanya.
Pemikiran dan gerak usahanya pada saat itu merupakan jawaban atas tantangan zamannya. Karena itulah, pembaharuan itulah yang disebut dengan inovasi, suatu pembaharuan yang dikaitkan dengan usaha pemecahan masalah. Pembaharuan bersangkut paut dengan konteks sosial dan dalam kurun waktu tertentu. Karena itulah, maka dalam perjalanan gerakan dak’wah Islam dengan gaya sejuknya mudah mendapatkan sambutan terutama dikalangan orang-orang yang sudah mampu berfikir. Hanya kemudian mendapatkannya  tanggapan dari bagian umat Islam yang lain yang sudah mengklaim dirinya sebagai ahlussunah wal jama’ah dan menganut mazhab tertentu, kemudian terjadilah polarisasi kelompok modern dan kelompok tradisional.
Kelompok modern di wakili oleh Muhammadiyah, Persis, dan Al-Irsyad, sedangkan tradisional diwakili oleh Nahdhatul Ulama. Namun, pada akhir-akhir ini terasa makin kurangnya pengelompokan tradisional-modern, kalau hanya dilihat dari masalah-masalah fikhiyah, terutama dikalangan generasi mudanya. Masyarakat sudah makin jenuh kalau hanya memperhatikan perbedaan-perbedaan kecil di bidang ibadah sempit. Toleransi dalam hal-hal itu sudah makin besar. Hanya dalam soal kiblat saja rupanya yang sudah ada kesamaan, tetapi soal kapan mulai dan mengakhirinya masih sulit disatukan. Itulah yang membawa uat kadang-kadang sulit untuk dimengerti.
Untuk itu, Muhammadiyah sebagai organisasi besar yang berhasil dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam wujud amal usaha yang sudah kita lakukakan sama sekali belum memadai. Andaikata kita akan mengambil sebagian saja permasalahan masyarakat yang akan kita tangani, maka kita akan memerlukan persiapan dalam hal – hal sebagai berikut:
1.      Merapikan masalah kepemimpinan yang berkemampuan, yang serius melaksanakan amanah kepemimpinannya disamping kepemimpinan yang akseptabel dalam arti diterima oleh umat, untuk jangka menengah dan jangka panjang tentu saja berkaitan dengan kaderisasi/regerasi.
2.      Memperkuat lembaga da’wah dan lembaga tarjih (dari tingkat pusat, wilayah, daerah sampai kecabang dan ranting).
3.      Merumuskan kembali dan kemudian melaksanakan program yang sudah lebih 20 tahun terkatung – katung  pelaksanaan, yaitu gerakan jamaah dan  da’wah   jamaah. Hal ini hanya akan terlaksana bilamana inti jamaah sebagai Pembina jamaah bisa disiapkan secara kontinyu.khusus da’wah sebagai jamaah ini, kiranya merupakan salah satu alternative untuk dapat membentengi keluarga kita dari pengaruh budaya asing yang kesahariannya memasuki rumah tangga kita, tentu saja tanpa mengurangi da’wah dalam bentuk yang lain.inilah salah satu pekerjaan rumah bagi majelis tabliq untuk menanganinya. Rasanya tanpa keaktifan majelis tabliq ini fungsi muhammadiyah sebagai gerakan da’wah menjadi kurang berarti, sebab amal usaha yang menjadi kebanggaan Muhammadiyah seperti pendidikan dari tingkat TK, SD, sekolah menengah sampai perguruan tinggi, praktis sudah bisa diserahkan pada lembaga amal usaha itu sendiri, dan praktis sudah bisa otonom. Bahkan pertumbuhan ini makin merata tumbuh dari bawah. Begitu juga, rumah sakit yang makin tersebar luas seolah bisa berjalan sendiri – sendiri dan muhammadiyah sebaga lembaga/secara organi – setoris hanya berfungsi konsultatif.
4.      Fleksibilitas serta keteuduhan dalam gerakan da’wah masih sangat perlu dilanjutkan, tentu saja dalam perbaikan kejelasan konsepnya. Keberhasilan muhammadiyah mengurangi tiga atau empat zaman merupakan cirri khasnya, sejak kelahirannya 88 tahun yang lalu, rumusan maksud dan tujuan muhammadiyah telah berubah sebanyak lima kali, yaitu tahun 1912-1914;1914-1942;1942-1950;1950-1955;kemudian pada tahun 1989 sampai sekarang.
Namun demikian, prinsip-prinsip tujuannya tidak berubah. Artinya, selama diindonesia masih ada kesempatan menda’wah cita-cita muhammadiyah masih dapat tercapai, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebesar-besarnya, atau masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah  Subhanahu Wata’ala ,tentu saja dengan tingkat kesulitan yang tidak sama.
5.      Masalah keikhlasan yang menurun.hal ini memang sulit dibuktikan, sebab masalah keikhlasan merupakan situasi batin seseorang.karena itulah, kita hanya bisa melihat gejala-gejalanya saja. Pada tahap awal berdirinya amal usaha, apakah dibidang  pendidikan maupun  dibidang kesehatan, hampir tidak terdengar keributan dan perubahan jabatan, tetapi mana kala amal usaha sudah mulai berkembang dan disitu telah terdapat berbagai sumber penghasilan , maka mulailah terjadi keributan dan perebutan jabatan. Pada umumnya bukan karena perbedaan, kebijaksanaan prinsip, tetapi ada kaitannya dengan uang. Sebaliknya, dibidang dakwah dan tarjih, hampir-hampir tidak pernah terjadi keributan, bahkan dipandang sebagai bidang yang kurang memiliki daya tarik.
Kalau keributan dan perebutan terjadi diantara fungsionaris dalam pengurusan muhammadiyah atau fungsionaris dalam amal usaha bukan mereka yang tidak mendapatkan pendidikan dimuhammadiyah, maka bisa dicari penyebab yang cukup banyak. Kalau mereka termaksud sebagai produk pendidikan muhammadiyah,maka perlu menjadi bahan kajian labih lanjut tentang kualitas dan keberhasilan pendidikan di muhammadiyah.apakah pendidikan Muhammadiyah yang hanya sekedar penggabungan/mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, memang belum mampu menghasilkan para ilmuwan yang mampu terjun dalam kancah kehidupan modern dan banyak tanpil sebagai pimpinan pemerintah dan wirausaha yang berhasil dinegara kita, tetapi yang lebih menonjol ialah cirri pindidikan baratnya (rasional, terbuka, ulet, tetapi cenderung bersifat materialistic dan individualistic a? masih perlu penelitian dan kajian lebih jauh). Yang jelas ialah bahwa pendidikan agama yang nyaris menjadi pelajaran agama dengan proses pelajaran klasikal dan dengan pendekatan intelaktual, tidak mungkin dapat menjadi landasan pengembangan attitude (perilaku yang mencerminkan kepribadian, cara berpikir, cara menanggapi permasalahan, dan cara bertingkah laku yang khas berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya). Pelajaran agama yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan kita lebih bersifat knowledge  dan skill.
Kalau benar demikian, jelas mengandung konsekuensi  yang cukup jauh.segi pengembangan amal usaha kita memerlukan perombakan  yang bersifat mendasar, yaitu merumuskan kembali  system pendidikan muhammadiyah,  sedangkan segi pengembangan amal usahanya perlu mencari alternative baru, selain mengembangkan terus landasan keikhlasan, wakaf, dan amal jariah yang timbul dari bawah, dari daerah dimana usaha itu akan dimulai. Daerah-daerah yang rawan dilihat dari segi da’wah, tetapi kering dana dan keterampilan masyarakatnya, perlu direncanakan dan pengembangan dari wilayah/lokasi lain yang labih baik dari segi dana maupun sumber daya yang lain, dari situ lah dimungkinkan pemerataan jangkauan da’wah.
  1. C.    KESEIMBANGAN GERAKAN AMAL DAN PEMIKIRAN

Gerak dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar  untuk masa- masa mendatang tidak cukup melalui kegiatan yang bersifat praktis seperti masa-masa lalu.inovasi-inovasi baru sangat perlu ditemukan untuk menanggapi permalahan yang bercorak biru.reinterprestasi baru konsep-konsep islam juga perlu mendapat perhatian kita.belum lagi bidang-bidang kajian yang selama ini belum terpikirkan.itulak kiranya yang diharapkan dari muhammadiyah untuk menghadapi masa kini dan mendatang. Memang benar bahwa muhammadiyah telah memiliki “muatan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah”, tetapi rumus-rumus pemikiran tentang masalah-masalah mendasar dan bercorak islam yang makin diperlukan sebagai pegangan umat sebagai alternative tawaran-tawaran konsep non-islam masih sangat terbatas. Sebagai contoh, misalnya tentang konsep ekonomi islam sebagai tawaran altirnatif system ekonomi sekarang yang masih menjurus pada eksploitasi sikuat atau silemah? juga sebenarnya apa yang kita mau dalam pendidikan kita? apakah tetap sebagai pendidikan umum plus pelajaran agama islam? apa yang dapat kita perbuat oleh majelis ekonomi muhammadiyah dalam perjuangan umatnya? dan masih banyak yang lain.
Demikian, beberapa tawaran umtuk menjadu bahan pemikiran lebih lanjut menhadapi permasalahan masa kini dan mendatang.
  1. D.    MENCARI TITIK STRATEGIS PEMBAHARUAN

Dalam arti pragmatis, orang melihat pada bidang ekonomi merupakan titik strategis pembaharuan dalam arti yang luas, sehingga sebagai besar sumber daya intelektual diarahkan keduania itu. Tidak banyak orang yang melihat bahwa bidang psikologi sebenarnya merupakan titik inisiasi yang paling strategis difrontir pembaharuan ilmu. Psikologi merupakan salah satu disiplin yang masih langka peminat dan citra pakar psikologi tampak tersembunyi jauh dibarisan belakang frontier pembaharuan, paling tidak dilihat melalui kacamata mayoritas.mungkin saja, psikologi tergolong ilmu yang”paling tidak ilmiah”dilihat dari tolak ukur keilmuan dewasa ini.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Organisasi ini pada awal berdirinya menitikberatkan pada pembaharuan di bidang agama dan pendidikan Islam. Dalam perkembangannya organisasi ini juga terlibat dalam politik yang berlangsung di Indonesia. Menurut Taufik Abdullah, Muhammadiyah hanya mungkin dapat dipahami kalau sejarah ditempatkan dalam dinamika hubungannya dengan masyarakat dan Negara di Indonesia ini.
Muhammadyah juga lahir sebagai perwujudan gagasan kritis dan keberanian untuk mempelopori gerakan pemurnian pengamalan ajaran Islam. Muhammadiyah lahir sebagai hasil evaluasi keadaan umat Islam di zamannya.
Muhammadiyah adalah salah satu gerakan yang sangat memperhatikan perubahan sosial yang mencakup semua aspek kehidupan. Oleh karena itu Muhammdiyah sebagai gerak dakwah amar ma’ruf nahi munkar  untuk masa-masa mendatang tidak cukup melalui kegiatan yang bersifat praktis seperti masa-masa lalu. Inovasi-inovasi baru sangat perlu ditemukan untuk menanggapi permasalahan yang bercorak baru. Reinterprestasi baru konsep-konsep Islam juga sangat perlu mendapat perhatian kita.





DAFTAR PUSTAKA
Rusli Karim, M. (Ed.). 1986. Muhammdiyah dalam Kritik dan Komentar. Jakarta:    C. Rajawali.
Sujarwanto (Ed.). 1990. Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan: Sebuah Dialog Intelektual. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Yusron Asrofie, M. 1983. K.H.A Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya. Yogyakarta Offset.
Fattah Santosa Maryadi, M. A. 2000. Muhammadiyah: Pemberdayaan Umat. Universitas Muhammadiyah Surakarta.



Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post