Blogger Kalteng

Sistem Pendidikan Nasional : Jauh Panggang Dari Api

Oleh : Ilham Handika, M.Pd
Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
JANGAN pernah berpikir bahwa sistem pendidikan yang telah dan sedang kita jalani adalah suatu bentuk pendidikan yang mencerdaskan atau pendidikan yang mencerahkan. Adalah suatu hal yang nyata kualitas pendidikan di negeri ini sudah sangat jauh tertinggal dari negara tetangga semisal Malaysia atau Sungapura. Malaysia yang dahulu pernah mendatangkan guru-guru dari indonesia kini sudah begitu majunya dalah hal dunia pendidikan dibandingkan dengan negara kita. Ibarat kata, murid sudah berlari sedang gurunya masih tetap diam di tempat. Dalam pengantar diskusi ini akan saya ketengahkan beberapa masalah pendidikan kekinian yang mudah-mudahan dalam diksusi ini akan ada beberapa rekomendasi atau solusi dari masalah-masalah ini. Kondisi dan Permaslaahan Pendidikan Kontemporer (masa kini) 1.
Kapitalisasi pendidikan Kapitalisasi pendidikan melihat bahwa bidang pendidikan merupkan bagian yang harus bertumpu pada bidang ekonomi, dimana pendidikan hanya direduksi sebatas pendidikan yang ekonomistik dengan oreantasi kebutuhan pasar tenaga kerja. Kapitalisasi pendidikan merupakan wahana menjaga ekonomi kapitalistik yang menindas dan ekskploitatif tetap terjaga. Kapitalisasi pendidikan menjadi fenomena manakala menyaksikan bagaiamana IMF mendesak bangsa bangsa dunia ke-3 melakukan privatisasi pendidikan dengan menyerahkan sektor pendidikan kepada swasta. Menjadi keniscayaan kemudian manakala peran swasta sudah merambah bidang pendidikan mau tidak mau pendidikan menjadi bahan investasi dan rebutan ekonomi dengan perhitungan untung rugi.
Fenomena ekonomi pendanaan kampus dengan BHMN mengakibatnya tinggi biaya pendidikan atau maraknya kursus dan pendidika- pendidikan sesuai dengan lowongan kerja dan pasar serta rendahnya anggran pendidikan negara kita semakin terpuruk saja. Bagaimana survai internasional menunjukkan bahwa pendidikan kita sangat jauh tertinggal dibanding negara-negara berkembang lainnya. 2. Komoditifikasi pendidikan Komoditifikasi merupakan salah satu imbas ketika bidang pendidikan menjadi logika ekonomi.
Logika ekonomi yang bertumpu pada modal dengan tiga bentuk aksi akumulasi, eksploitasi dan ekspansi. Dasar asumsi dan filsafat kapitalisme yang menitikberatkan pada individualisme dan modal menjadikan peran negara hanya sebatas regulator (Pengaturan) dengan perhitungan untung rugi bukan lagi pada apakah fungsi pendidikan tercapai atau tidak. Komoditifikasi pendidikan merupakan turunan langsung dari kapitalisasi pendidikan. Dimana institusi dan lembaga pendidikan direduksi menjadi komoditas yang bisa diperdagangkan dan mencari keuntungan. Pendidikan dihitung dengan seberapa besar keuntungan yang didapatkan ketika melakukan investasi pendidikan dengan mendukung metode pengajaran gaya bank seperti yang dijelaskan diatas. 3.
Disvariantas antara lulusan dan pertumbuhan apangan kerja. Maksudnya adalah ketidaksamaan pertumbuhan antara lulusan pendidikan dengan lapangan pekerjaan yang ada. Saat ini ada sekitar jutaan lulusan perguruan tinggi yang tidak mampu diserap oleh dunia kerja. Mereka-mereak ini disebut pengangguran intelektual. 4. Disvaritas/ Diskriminasi desa Kota, Jawa dan Luar Jawa. MaksudnyaPerkembangan secara kualitas dan kuantitas pendidikan baik itu dari segi skill, SDM, dan fasilitas pembangunan dan potensinya tidak merata antara sekolah-sekolah atau pendidikan di tingkat pulau jawa dan diluar jawa. Atau antara kota dan desa. 5. Ideologisasi pendidikan bagi legitimasi negara/ Kekuasaan. Maksudnya bagaimana pendidikan secara materi dan kurikulum hanya digunakan sebagai lembaga yang mendidik dan mendogma masyarakatnya supaya mensahkan (melegalkan) dan memperkuat negara/ kekuasaan yang ada pada negara.Apa yang dilakukan kekuasaan hari ini adalah benar, jadi apapun tindakan yang dilakukan oleh negara harus didukung.Kondisi inilah yang membuktikan negara kita dikuasa oleh kaum tirani yang otoritar Soeharto selama 32 tahun dibawah rezim orde baru yang menindas. Pada orde ini tidak ada masyarakat yang mampu melawan dan membatah kekuasaan yang otoriter ini. Karena dari masyarakat sudah terbius dengan ideologisasi, dogma-dogma yang dilakukan negara lewat pendidikan. 6.
Rendahnya gaji guru, kesejahteraan, dan fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Tidak saja biaya oprasional pendidikan yang tidak ada.akan tetapi, berbicara kesejahteraan pendidik, dan fasilitas pendukung proses pendidikan itu sangat kurang.Ini membuktikan perhatian pemerintah pada dunia pendidikan sangat jauh dari pandangan keprioritasan pembangunan bangsa. Maka pendidikan yang seharusnya menjadi wahana pembebasan manusia (manusia kritis dan aktif) ternyata menjadi pasif dan tumpul.
Salah satu penyebab krisis ini adalah pendidikan yang masih memakai metode bank. Metode yang melihat manusia sebagai gelas kosong yang siap untuk diisi serta tidak mampu mengembangkan rasa keingintahuan siswa akan kebenaran ilmu pengetahuan serta teori ataupun bagaimana metode ilmiah bisa menjadi seperti apa yang kital ihat hari ini.Peran negara disatu sisi untuk memberikan partisipatif masyarakat akan mendapatkan akses terhadap pendidikan pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD’45) sedikit demi sedikit mulai dikurangi salah satu caranya dengan mengurangi anggaran pendidikan saat rakyat dalam krisis yang berakhir pada pencabutan subsidi pendidikan dan agenda liberalisasi dan privatisasi pendidikan (Sisdiknas).Pengurangan peran pembiayaan disatu sisi kemudian disisi yang lain melakukan ideologisasi dengan memasukkan slogan-slogan dan jargon-jargon kekuasaan dan militerisasi serta sentralisasi pendidikan dengan (P-4 ala New Orba).
Pelepasan peran negara pada pendanaan disatu pihak dan pengutan dipihak birokratisasi dan ideologisasinya memperlihatkan bagaimana watak dominan negara sesungguhnya yang otoriter dan dogmatis serta berpihak pada imperialis dunia. Menjadi gambaran pendidikan kemudian manakala rakyat dipaksa membayar pendidikan yang mahal,fasilitas pendidikan yang sangat memprihatinkan dengan melihat kondisi fasilitas sekolah terpencil dan pedesaan hanya mereka yang kaya dan banyak duitlah yang bisa leluasa menikmati pendidikan, rakyat kecil semakin termarginalkan(terpinggirkan), tersingkirkan. Bagaimana nasib orang miskin, buruh, kaum miskin kota petani desa miskin yang nota benenya 80% pendududk Indonesia didesa bagaimana kemudian nasib ribuan buruh di PHK tanpa pesangon dan pengangguran yang membludak siapa yang akan membela hak mereka. **Jangan biarkan pembodohan di negeri ini terus berlangsung. Bangun kekuatan rakyat untuk berlawan. Diam Tertindas atau bangkit melawan, sebab mundur adalah penghianatan. “Apa guna punya Ilmu tinggi kalau kita bisa membodohi mereka Apa guna banyak Baca buku kalau mulut kita bungkam melulu (Rowo Mangun)”. “Para filsuf hanya menginterprestasikan dunia tapi persoalannya bagaimana merubahnya”. “Sejarah adalah proses menjadi, maka setiap orang harus menciptakan dan menentukan sejarahnya sendiri tanpa melupakan dunia tempat ia menyejarahkan yaitu manusia keseluruhan. Maka Sejarah adalah bagaimana meninggikan derajat manusia-manusia yang kini tertindas dan terhisap. Berjuang bersama rakyat rebut Demokrai Sejati”.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post