Suku
Dayak Ngaju memiliki agama kepercayaan yaitu agama Hindu Kaharingan dengan
jenis ritualnya yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Pengaruh ini sampai
pada hasil seni yang mereka hasilkan. Kaharingan berasal dari kata haring dari
bahasa Sangiang/ Sangen, yang berati ada dengan sendirinya. Dengan adanya
ketentuan bahwa Negara Kesatuan R I hanya mengakui 5 agama, maka agama dengan
nama Kaharingan yang diusulkan oleh Damang Y.Salillah direstui pemerintah dan
kemudian bergabung dengan Hindu bernama Hindu Kaharingan sejak 1980 dengan kita
suci yang diberi nama Panaturan, rohaniwan dikenal dengan sebutan Basir atau
Pesor dan tempat ibadahnya disebut balai (balai Kaharingan).
Pemeluk
agama Kaharingan percaya bahwa alam sekitar tempat hidup manusia penuh dengan
mahluk-mahluk halus dan roh-roh yang menempati tiang rumah, batu-batu,
pohon-pohon besar, hutan belukar, sungai dan sebagainya. Dalam kepercayaan
Kaharingan roh orang yang telah meninggal dibagi menjadi dua yaitu yang baik
disebut sangiang/ nayu-nayu dan roh bersifat jahat disebut taloh/kambe.
Agama
Kaharingan ini merupakan percampuran kepercayaan dinamisme dan animisme.
Kepercayaan ini bertahan hingga saat ini dan diakui sebagai agama resmi dan
tergabung dalam agama Hindu. Agama Kaharingan merupakan agama yang tumbuh dan
berkembang melingkupi hampir sebagian Kalimantan.
Roh
yang memiliki pengaruh besar dalam kepercayaan Kaharingan adalah roh nenek
moyang yang disebut liau, mereka yakin orang yang telah meninggal
akan meninggalkan tubuhnya menempati alam sekeliling manusia sebagai liau. Liau ini
akan kembali kepada sang Pencipta kedunia roh yang disebut Lewu liau (negeri
dimana orang yang sudah meninggal tinggal) setelah melalui ujian, oleh penganut
agama Kaharingan sang Pencipta disebut Ranying. Untuk menjaga
keseimbangan seluruh alam berupa unsur kosmos maupun mikro kosmos upacara
ritualpun dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yaitu dengan memberikan sesaji
kepada roh-roh tertentu. Mereka percaya apabila acara ritual tidak dilakukan
maka dapat menimbulkan mala petaka bagi kehidupan manusia.
Upacara
yang paling besar dalam ritual pada agama Kaharingan adalah Tiwah, atau Wara yaitu
upacara mengantar roh orang yang sudah mati ke negeri baka di langit ketujuh,
dekat dengan Tuhan di sorga yang diberi nama Salupuk Liau tempat
dimana para roh orang Dayak berkumpul. Pada upacara ini banyak digunakan
ornamen-ornamen yang diukir maupun dilukis pada alat-alat upacara.
Kepercayaan
kepada dewa-dewa juga terdapat pada masyarakat Dayak. Sangiang-sangeang
(dewa-dewi) merupakan mahluk ciptaan Hatala (Tuhan), mereka
bias turun, masuk, dan menjelma ke dalam tubuh, dan di alam mereka telah
menempati hirarki-hirarki kedewaannya, menggambarkan dunia atas dunia manusia
dan dunia bawah.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.