Sejak lama suku Dayak Ngaju telah mengenal warna, warna yang
mereka kenal sangat terbatas baru setelah bangsa Cina masuk kira-kira pada abat
ke 12 dan 13 kekepulauan Kalimantan barulah mereka mengenal berbagai macam
warna melalui kain yang dijual para pedagang Cina pada jaman dulu, kain ini
diberi warna dengan kesumba, kesumba ini pulalah yang dibawa oleh pedanggang
Cina dijual kepada suku Dayak dan kemudian digunakan untuk mewarnai hasil
tekstil mereka. Sebelum orang Cina masuk ke pulau Kalimantan, suku Dayak hanya
mengenal lima warna yang disebut dengan 5 Ba, yaitu; Bahenda,
Bahandang, Bahijau, Baputi, Babilem (dalam bahasa Dayak Ngaju)
,berikut warna-warna tersebut beserta arti masing-masing warna:
Bahenda
yaitu warna kuning, warna ini dibuat dengan menggunakan tanaman henda atau
kunyit, mengandung makna; menunjukkan keberadaan Hatalla (Tuhan), bahwa
kekuasaan Hatalla sungguh besar tidak ada penguasa lain selain Hatalla;
melambangkan kekayaan (emas); keluhuran; keagungan.
Bahandang
yaitu warna merah, merah dihasilkan dari buah hutan yaitu jarenang (jernang),
bisa juga dari daun sirih dicampur dengan kapur. Artinya sesuatu yang abadi
yang tidak pernah luntur atau berubah warnanya yang diilhami oleh batu merah.
Bahijau
atau hijau, warna ini dibuat dari daun sirih yang ditumbuk,
memiliki makna kesuburan, dan rejeki yang limpah ruah; kehidupan; perdamaian
dan pembangunan. Diilhami oleh warna tanaman yang ada di lingkungan mereka.
Baputi
atau putih, dibuat dengan menggunakan tanah liat putih atau dari
kapur sirih, memiliki makna kesucian; kemurnian; kesederhanaan.
Babilem
atau hitam, dibuat dari arang ,mengandung makna, roh jahat bisa
juga roh baik; kuasa kegelapan; kesungguhan; bisa juga sebagai penangkis bahaya
atau celaka.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.