Blogger Kalteng

PC IMM Kapuas: Tidak Ada Kata Menyerah untuk Muhammadiyah

"Muhammadiyah telah menjadi bagian dari perjuangan kami selama ini, kira-kira sejak pertemuan dengan para pengurus IMM Kalteng pada tahun 2012 silam memperkenalkan satu pergerakan mahasiswa kepada kami dengan ciri khas yang berbeda dari gerakan mahasiswa lainnya", ungkap Muhammad Rifa'i mantan Ketua Umum PC IMM Kapuas sebelum proses demisionernya berlangsung.

Sebagai langkah untuk kembali menghidupkan IMM di Kota Air (julukan untuk Kabupaten Kapuas) maka pada tanggal 19-23 Maret 2016 bertempat di Komplek Muhammadiyah Kapuas dengan kegiatan berpusat di Masjid Ar Rahman, PC IMM Kapuas melaksanakan Darul Arqam Dasar sekaligus Muscab-II, dengan mengambil tema "Mahasiswa Sebagai Gerakan Perubahan dan Ujung Tombak Pengkaderan Menuju Kapuas yang Berkemajuan".

Sadar atau tidak bahwa ujung tombak dari pergerakan Muhammadiyah adalah proses pengkaderan itu sendiri, sehingga adalah suatu keharusan bagi setiap ortom untuk melakukan proses pengkaderan berjenjang yang pada akhirnya akan mengisi kekosongan-kekosongan baik di tubuh Muhammadiyah maupun di berbagai bidang Amal Usaha Muhammadiyah.

Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah secara umum di Kota Air ini sangat mengapresiasi dan mendukung penuh atas berjalannya proses pengkaderan, tidak hanya itu proses pendampingan dan bimbingan terhadap ortom juga selalu dilakukan. Tentunya hal ini menjadi stimulan bagi para kader untuk mengambil bagian dan menunjukkan pribadi yang pantas untuk diberdayakan.

Kehadiran penulis yang pada saat itu selaku Ketua Umum DPD IMM Kalteng juga berupaya keras untuk bersama-sama kader memahami sisi lain dari IMM, baik itu ideologi, pergerakan, mengupas sejarah IMM yang masih dipersoalkan, hingga hal-hal yang berhubungan dengan keorganisasian.

Perlu diketahui bersama, perjuangan kader-kader IMM Kapuas mungkin lebih berbada dengan IMM di daerah lainnya. Sebagai contoh, pelaksanaan DAD kali ini diikuti 10 orang peserta yang sebelumnya pernah mengikuti DAD serupa, bahkan ada 2 orang kader yang mengikuti DAD yang ketiga kalinya. Mengapa hal ini terjadi? Sejalan dengan tulisan saya sebelumnya bahwa pergeseran paradigma mahasiswa juga telah masuk dalam msalah ini, belum lagi alasan-alasan kesibukan kuliah, kerja, masalah waktu yang tidak bisa diatur, dan lainnya.

Saya begitu dekat dengan mereka, tidak ada proses menggurui dalam pengkaderan kali ini, karena saya menganggap mereka telah mengenal betul apa itu IMM, sehingga yang coba kita lakukan saat itu adalah mengupas kembali sejarah IMM seperti dalam buku Farid Fatoni "kelahiran yang dipersoalkan", menelaah kembali deklarasi Muhktamar Setengah Abad IMM, menyatukan pemikiran antara immawan dan immawati, tadarus Al Qur'an, pemetaan pergerakan, menghidupkan diskusi-diskusi kecil yang tujuannya membangun budaya keilmuan kader, serta materi-materi lain seperti tekhnik persidangan, membaca kembali pergerakan mahasiswa Kapuas, Kemuhammadiyahan, dan lainnya.

Proses Muscab-pun tidak berbeda jauh, masih dihadiri oleh 10 kader yang menyempatkan dirinya ditengah kesibukan masing-masing, Jum'at tanggal 25 kira-kira waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB muscab dibuka. Semangat lagu Mars IMM mengawali jalannya musyawarah ditengah teriakan-teriakan para pendekar Tapak Suci yang bertanding dalam rangka Kejurwil dihalaman depan.

Seperti halnya Kotim dan Kota Palangka Raya muscab kali ini juga tidak melewatkan satu prosespun, sehingga jalannya persidangan seperti pada umumnya. Tampak semangat yang menggebu dari kader ketika pasal per pasal dibahas, mereka berebut interupsi mengadu gaya kritis masing-masing, namun sisi lain kejenakaan juga mewarnai proses persidangan walaupun cuaca panas saat itu. Ini bukan seperti proses persidangan seperti yang kita pikirkan, si pimpinan sidang yang lantang memimpin sidang, ketukan yang pas, gaya bahasa yang profesional, namun ini proses pembelajaran pertama setelah malamnya diberikan materi persidangan kepada peserta. Ada kalanya, kita tertawa karena kata-kata yang tidak jelas diucapkan pimpinan sidang ditambah lagi ketukan palu yang salah, hal ini terjadi pada proses awal saja setelah itu proses persidangan lebih tampak serius dengan pimpinan sidang yang lebih paham dan tidak terbata-bata lagi dalam memimpin sidang.

Rombongan dari DPD ada dua orang saya selaku Ketua Umum dan Fitri Rahmawati selaku sekretaris Bidang Organisasi, yang kebetulan saat itu merangkap menjadi panitia konsumsi, ikut kepasar beli sayur, memasak disalah satu kos peserta immawati yang sekarang terpilih sebagai Ketua Umum PC IMM Kapuas. Pengalaman yang berarti tentunya, dan tidak ada yang sia-sia dalam perjuangan ini. Rasa lelahnya kami terbayarkan ketika kami hanya teriak "kami bangga menjadi bagian dari IMM.

Yandi Novia

DPD IMM Kalteng

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post