Tidak mudah hidup dalam
perantauan, menangiss udah jadi rutinitas untuk mencurahkan semua kerja keras
yang belum terbayar penuh. Asa diri untuk bekerja tidak dapat dibendung lagi,
semua karena tuntutan hidup dalam proses perjuangan untuk meniti masa depan nantinya.
Belum lagi hutang yang kian bertambah, permasalahan lainnya yang terus muncul,
urusan-urusan yang belum sempat diselesaikan, semua menunggu untuk dipenuhi dan
dijalani. Lelah dan kadang aku merasa tidak mampu lagi untuk menjalani semua
proses ini, ada kalanya aku merasa bosan dalam ketidakmampuan ini. Sudah banyak
lembaran surat lamaran ku ajukan ke mana-mana, belum ada panggilan.
Palangka Raya kota Cantik
katanya, bulan April ini panas. Cuaca panas ini membuat semua perjalanan
semakin melelahkan. Hmm aku letih, dan tidak tahu harus mengadu ke siapa,
mungkinkan seperti lirik lagu Ebit G. Ade "cobalah tanya pada rumput
yang bergoyang" adalah jawaban untuk semua ini. Belum lagi aku
terperangkap kata dari penggalan film Sang Pemimpi "bermimpilah, maka
Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu", di ujung khayalan ini akupun
tersadar bahwa "Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali
kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya".
Artinya, semua perjungan
yang ku lakukan selama ini belum maksimal. Semua masih sampai pada persimpangan
untuk mencari kemana jalan ini akan ku sudahi. Doa yang kulakukan belum
waktunya untuk di kabulkan, karena aku percaya bahwa "Tuhan tidak
memberi apa yang kita minta, tapi memberi apa yang kita butuhkan".
Serangkaian adagium itu yang membuatku terus memaksimalkan daya pikir dan nalar
untuk merangsang etos kerja selama ini. Sehingga aku tidak mudah untuk
terperangkap tipu muslihat dari mimpi yang ku ukir.
Hingga sampai saat ini tidak
ada yang bisa ku banggakan dari diri ini, bercerminpun terasa malas, jika bukan
karena rambut yang harus ku sisir rapi, kumis yang harus ku cukur, dan jenggot
yang harus ku tata rapi, mungkin aku tidak akan pernah mau untuk bercermin.
Apakah aku mengeluh? Apakah aku tidak bersyukur? Permasalahannya berbeda, aku
bukan mengeluh dan bukan juga tidak bersyukur, hanya saja ini adalah suara hati
yang kian tak tertahan, jadi sangat manusiawi jika aku sedikit berbagi untuk
mencurahkannya.
Sahabat #bloggerkalteng yang
membaca tulisan ini, jangan pernah berhenti untuk berjuang, terus semangat,
penyesalan pasti ada, namun haruskah kita terus terpuruk? Haruskah kita terdiam
tanpa ada perlawanan? Jika seandainya besok diumukan Hari Kiamat dan di
tanganmu ada biji tumbuhan, maka tanamlah.
Yandi Novia
#bloggerkalteng
Sore,
usai menyantap bakso, Kota Cantik Palangka Raya diguyur hujan.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.