Di dalam Alquran surat Maryam ayat 2-6 digambarkan kerinduan Nabi
Zakaria AS untuk mendapatkan anak keturunan (walaupun usia beliau sudah lanjut
dan istrinya mandul). Kerinduannya ini didorong oleh keinginan kuatnya terhadap
pewarisan nilai-nilai perjuangan yang dimiliki keluarganya, yaitu keluarga Nabi
Yakub AS yang menjadi nenek moyangnya.
Hal yang sama dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS dan nabi-nabi yang
lainnya, seperti dikemukakan dalam surat al-Baqarah ayat 132-133. Para Nabi
Allah tersebut (semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada mereka) selalu
berwasiat kepada anak keturunannya tentang siapa yang akan mereka sembah (yang
diibadahi) setelah mereka meninggal dunia. Hal ini sekaligus memberikan suatu
pelajaran yang sangat berharga bahwa posisi keluarga sangat strategis dan
menentukan dalam upaya pembentukan karakter sebuah generasi. Generasi yang baik
pada umumnya lahir dari keluarga yang baik. Sebaliknya, dari keluarga yang
rusak tidak banyak diharapkan munculnya generasi yang memiliki watak dan
kepribadian yang baik dan bertanggung jawab pula.
Allah SWT berfirman dalam surat at-Tahrim ayat 6, ''Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka
(perbuatan yang akan mencelakakan) yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.''
Juga firman-Nya dalam surat Thaha ayat 132, ''Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.''
Dalam membangun keluarga sebagai salah satu institusi pendidikan
yang kuat dan mendasar, peran kedua orang tua sangat menentukan. Yaitu,
terutama menjadi contoh dan suri teladan bagi anak-anaknya. Bahasa teladan dan
amal perbuatan ternyata jauh lebih efektif daripada bahasa lisan serta suruhan
yang bersifat verbal. Anak-anak melihat apa yang dilakukan, bukan semata-mata
mendengar apa yang diperintahkan. Dan terlebih lagi, akan sangat berbahaya bagi
pembentukan karakter anak apabila selalu terjadi kontradiksi antara perkataan
dengan perbuatan.
Hal yang penting lagi adalah pemenuhan kebutuhan hidup keluarga
selalu diusahakan seoptimal mungkin dengan rezeki yang halal dan baik, di
samping doa dan permohonan pada Allah SWT. Sebab, rezeki yang halal akan
mendorong pada perilaku yang baik. Sebaliknya, rezeki yang haram akan mendorong
pada perilaku yang buruk dan merusak. Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap daging
yang tumbuh dari rezeki yang haram, maka neraka akan lebih utama baginya.''
Artinya, rezeki yang haram akan selalu mengakibatkan perilaku yang mencelakakan
kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.