Blogger Kalteng

Pro Kontra Almamater UMP Yang Memuat Logo IMM



Jas Almamater Universitas Muhamamdiyah Palangkaraya

Sejak awal kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Palangkaraya mengusulkan pergantian warna almamater Kampus yang awalnya berwarna cream menjadi merah. Hal ini berlangsung sudah cukup lama, kurang lebih selama 9 (sembilan) tahun. Dari periode ke periode, hingga akhirnya IMM baik di Lingkup DPD IMM Kalteng, PC IMM Kota Palangka Raya dan Komisariat di Kampus Universitas Muhamamdiyah Palangkaraya mengalami kematian dan kevakuman selama 6 tahun. Awal tahun ajaran 2010, sejak itu saya baru masuk kuliah dan sudah mendengar adanya IMM, karena saya salah satu kader yang diutus oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kotawaringin Timur (Sampit) khusus untuk di kaderkan.
Maka sejak tahun 2010 itu, beberapa kader-kader utusan Daerah Muhammadiyah, dipanggil dan merasa terpanggil (masih dalam tahap penelitian), oleh pihak kampus untuk kembali menghidupkan IMM khususnya di Kampus Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Memang sejak awal kader-kadder IMM belum ada yang mempermasalahkan hal ini. Masalah ini kembali terangkat ke permukaan sejak tahun 2011, karena kader-kader IMM mulai bertambah setelah dilaksanakannya Darul Arqam Dasar pertama. Apalagi setelah pasca Musyawarah Daerah ke sebelas DPD IMM Kalimantan Tengah. Kader-kader IMM mulai berjuang keras untuk memerah kampus, dan memang sejak awal yang dipermasalahkan adalah WARNA bukan LAMBANG IMM yang ingin dimuat di Jas Almamater Kampus.
Dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Kenapa Jas Almamater UMP Memuat Lambang IMM”, sudah saya paparkan secara ringkas semangat dan pergerakan kader-kader IMM memperjuangkan hal ini. Sejak awal ketika tahun ajaran 2013-2014, di bulan-bulan pertama kader-kader IMM masih belum mengkritisi perkara Jas Almamter yang memuat lambang IMM. Saya masih ingat betul, beberapa mahasiswa kritis dari Fakultas Teknik mengkritisi hal ini, dengan pertanyaan singkat “Kenapa jas almamater kita memuat lambang IMM?”¸sedangkan kita tahu kampus ini bukan milik IMM, dan ada organisasi lain selain IMM”. Dan selain dari itu, saya juga pernah dimintai keterangan oleh beberapa orang aktivis dari organisasi selain IMM, singkatnya seperti ini “Berarti dengan seperti ini, IMM bisa mengklaim bahwa yang menggunakan jas itu adalah anggota IMM”, saya menjawab dengan tegas, MENJADI KADER ITU PILIHAN BUKAN PAKSAAN, yang disebut anggota di IMM adalah sekurang-kurangnya ia pernah mengikuti Darul Arqam Dasar, dan IMM tidak membutuhkan kuantitas tapi kualitas.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pro kontra hal ini :
  1. Sejak awal DPD IMM  Kalteng tidak sepakat, akan adanya Lambang IMM di jas almamater kampus, karena yang pantas menggunakan atribut IMM adalah mereka yang pernah mengikuti pengkaderan IMM dan berkomitmen di IMM.
  2. Saya tidak sepakat apa yang disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Bapak Drs. Bulkani, M.Pd yang menyatakan bahwa “Mahasiswa yang kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah secara tidak langsung mereka adalah anggota IMM”. Tentunya hal ini tidak sesuai dalam AD/ART dan sistem pengkaderan di IMM itu sendiri. Menurut saya yang perlu diketahui tidak semudah dan segampang itu ingin menjadi anggota atau kader IMM.
Sampai pada tulisan ini selesai, pro kontra masalah ini terus dan terus muncul dipermukaan, dan selanjutnya akan diangkat ke dalam dialog bersama kader-kader IMM dan Pihak Kampus. Intinya adalah, MENJADI ANGGOTA ATAU KADER IMM TIDAK MUDAH ATAU SEGAMPANG ANDA MEMAKAI JAS ALMAMATER KAMPUS YANG MEMUAT LAMBANG IMM.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post