Seni Vokal Karungut
Karungut dalam tradisi sastra Dayak Ngaju, karungut dikenal
sebagai salah satu jenis puisi tradisional yang dituturkan dengan cara
melantunkannya atau mendendangkannya secara lisan (oral poetry) pada
acara-acara keramaian, acara adat atau di lingkungan pribadi seperti di dalam
lingkungan rumah. Adianto (1987:18) menyatakan karungut berasal dari kata
Karunya dalam bahasa Sangiang atau bahasa Sangen (bahasa Dayak Ngaju kuno) yang
berarti sama dengan tembang, dandang gula, mijil, pangkur, dan asmaradhana di
Jawa. Jenis puisi seperti ini diwariskan oleh nenek moyang mereka dalam bentuk
lagu dan syair yang disusun sendiri (secara spontan) oleh penciptanya selama
tidak menyimpang dari aturan (pakem) yang telah dianggap tetap atau baku oleh
masyarakatnya.
Karungut dan
Penciptanya
Orang yang menuturkan karungut disebut
pengarungut. Pengarungut ini terdiri atas dua golongan, yakni pencipta
(penyair) dan pelantun (penyanyi). Seorang penyair karungut umumnya pencipta
sekaligus juga sebagai pelantun karungut ciptaannya atau orang lain, sedangkan
seorang pelantun karungut belum tentu dapat menciptakan syair-syair karungut
yang baik. Pelantun karungut biasanya hanya melantunkan karungut ciptaan orang
lain. Karungut biasanya dilantunkan dengan iringan alat musik. Alat musik ini
terdiri dari instrumen musik pokok dan instrumen musik tambahan. Instrumen
musik pokok pengiring karungut itu adalah instrumen dasar yang harus ada dalam
pelantunan karungut, instrumen tersebut sebuah atau lebih kacapi/kecapi
bersenar dua atau bersenar tiga (lihat halaman ”Intrumen Musik Tradisional
Kalimantan Tengah” di daftar isi blog ini). kacapi ini biasanya dimainkan
langsung oleh pelantun karungut, secara sendiri atau dengan seorang atau lebih
pemain kacapi yang lain.
Dalam perkembangannya instrumen musik
pengiring karungut kemudian bertambah dengan instrumen lain sebagai tambahan
atau pelengkap, yaitu berupa katambung (lihat halaman ”Intrumen Musik
Tradisional Kalimantan Tengah” di daftar isi blog ini), gandang atau kendang
(traditional drum), gong, reba, seruling dan lain-lain. Instrumen tambahan ini
sifatnya tidak harus atau tidak mutlak ada. Fungsi instrumen tambahan adalah
untuk lebih meramaikan pelantunan karungut. Instrumen pokok maupun tambahan
dapat dimainkan oleh orang lain yang jumlahnya disesuaikan dengan keinginan.
Tidak semua orang dapat mangarungut (melantunkan karungut) sambil memainkan
kacapi, apalagi menciptakan karungut. Untuk dapat melantunkan dan menciptakan
karungut diperlukan bakat dan keterampilan khusus.
Penciptakan karungut umumnya dianggap oleh
masyarakatnya sebagai orang yang istimewa, akan tetapi tidak mendapatkan
perlakuan yang khusus. Pangarungut (pencipta karungut) dianggap sebagai anggota
masyarakat biasa. Pencipta karungut umumnya orang dewasa atau pemuda (pria
maupun wanita). Pelantun karungut bisa pria wanita dewasa ataupun anak-anak.
Tidak ada persyaratan magis atau mantra dalam
menciptakan syair karungut, yang diperlukan satu atau dua alat musik petik yang
disebut kacapi. Tema yang diangkat biasanya berkisar tentang kejadian atau
kehidupan sehari-hari, dongeng rakyat, memuji atau pemujaan terhadap tokoh
tertentu, cerita tentang diri sendiri dan lain-lain.
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.