Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering menjadi amukan emosi oleh seseorang
yang paling dekat denganku. Sebut saja namanya Embun. Dia menyebutnya
bukan emosi atau amarah, tapi sangkal. Padahal 17:18 sih, kalau jauh
lebih diteliti. Awalnya sangkal ujung-ujungnya marah jugakan?
Banyak kesalahan-kesalahan kecil yang ku lakukan berujung pada
pertengkaran, kadang aku hanya diam dan bilang iya dan maaf. Sebesar apapun
kesalahanku, aku tahu dia akan memaafkan, yaa walaupun harus menunggu beberapa
menit (digaris bawahi; beberapa menit saja), kalau aku yang marah harus
menunggu lama (kurang lebih 1-2 jam).
Banyak hal yang kesalahan lakukan berawal dari kata “nanti” atau
“entar” dan “santai”, kata-kata ini menjadi darah daging yang
sulit untuk ku lepas, menjadi sebuah kebiasaan. Dalam hidupku, kata “deadline”
itu adalah hal biasa. Dan sering berujung pada kematian “dead”, karena
waktu yang tak mampu ku kendalikan.
Embun mengajariku betapa kata “nanti” atau “entar” dan
“santai” tak seharusnya ku ucapkan, tak seharusnya menjadi kebiasaanku. Sungguh
merugi diriku yang biasa dengan kata-kata itu, aku sering merasa dikejar,
merasa dibuntuti, merasa dibebani, merasa gamang yang luar biasa, yaa karena
kata-kata itu.
Pekerjaan yang seharusnya ku kerjakan dan ku selesaikan sekarang, harus
ku jawab “nanti” , “entar” dan “santai”, hingga akhirnya
aku menjadi orang yang merugi.
Belajarlah dari kesalahan dan kegagalan ku kawan, tak banyak waktu
untuk kita perbaiki, kita selalu berada diujung batas jurang, tak ada jalan
lain selain melompat. Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua.
Yukk…ela lalau laya..
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.