BLOGGER KALTENG - Waktu kecil peribahasa ini menjadi trending topic di semua kalangan baik
itu orang dewasa, remaja, orang tua, hingga anak-anak. Bahkan, waktu kecil saya
punya teman, sebut saja namanya "Anu", mencoba membuktikan kebenaran
atas peribahasa ini, kebetulan ada tetangga yang melihara kambing, si Anu tidak
berpikir panjang ia sibuk memilih tai kambing yang masih utuh dan hangat
kemudian ia kunyah, ternyata faktanya tidak sesuai dengan peribahasa itu,
padahal si Anu pada saat itu sedang jatuh cinta pada mainan barunya.
Saat beranjak dewasa ia mulai sadar bahwa yang dimaksud jatuh cinta itu
adalah jatuh cinta pada lawan jenis. Tiba saatnya, ia mulai membuktikan
kebenaran atas peribahasa itu. Karena tetangga saya sudah tidak lagi memelihara
kambing, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kampung tetangga hanya sekedar
mencari kambing. Tanpa berpikir panjang setelah menemukan kambing, ia memilih
tai kambing yang masih utuh dan hangat kemudian ia kunyah, lagi dan lagi ia
salah dalam menafsirkan peribahasa, rasa tai kambingpun tetap sama, padahal si
Anu sedang jatuh cinta pada binatang peliharaanya Burung Sakan (Ayam Hutan)
yang kebetulan betina.
Nasi telah menjadi bubur, begitu ungkap si Anu, ia tidak putus asa. Tiba
saatnya, ia sampai pada eksperimen terakhirnya. Membeli Kambing betina untuk
dipelihara, setiap hari ia jaga dan rawat, memberi makan tiga kali sehari,
lengkap empat sehat lima sempurna, kadang kambing ini ia mandikan supaya baunya
wangi, dan hampir 1 tahun si Anu baru merasa jatuh cinta dengan hewan peliharaannya.
Tiba disuatu hari, ia kembali menguji kebenaran atas peribahasa itu, seperti
biasa ia memilih tai kambing yang masih utuh dan hangat kemudian ia kunyah, dan
iapun menangis tersadar dan sangat-sangat sadar bahwa rasa tai kambing tidak
akan pernah berubah menjadi cokelat.
Waktu semakin berlalu, si Anu tumbuh menjadi lebih dewasa dan gaya
berpikirnya mulai dipengaruhi dunia modern, tidak lagi berpikir yang aneh-aneh.
Suatu hari, saat sedang liburan, ia jalan-jalan ke sebuah pameran, dan untuk
pertama kalinya ia bertemu seorang wanita dan ia jatuh cinta pada pandangan
pertamanya. Saat itu menjadi tradisi, ketika mengucapkan "I Love You"
harus dibarengi dengan memberi pasangan cokelat, waktu itu belum ada cokelat
batangan, yang ada hanya cokelat berbentuk butiran-butiran kecil sebesar tai
kambing dan warnanya hampir sama. Singkat cerita, si Anu jadian dan ia
merasakan apa yang dinamakan dengan jatuh cinta.
"Mungkin ini apa yang dimaksud dengan peribahasa Tai Kambing Rasa
Cokelat", ungkap si Anu dalam hatinya. Ia sangat yakin, dan akhirnya
eksperimennya kembali ia coba, ia taroh di tangannya masing-masing satu buah
cokelat dan tai kambing, ia goncang dengan kedua belah tangannya tertutup,
kemudian makan satu persatu, dan sampai pada kesimpulan akhir ia bisa membedakan
mana cokelat dan mana tai kambing.
"Seandainya dulu, yang saya coba pertama kali makan adalah cokelat
bukan tai kambing, tidak akan saya terperangkap dan terus mencoba kebenaran
peribahasa itu", ia geleng-geleng kepala, tersenyum sendiri.
Ingat kawan, jangan pernah mencoba dan melakukan eksperimen seperti si
Anu. Peribahasa tetaplah peribahasa. Bagi yang percaya, semoga kisah ini
membantu anda untuk sadar, bahwa masa kecil kita dahulu sungguh aneh dan
mengundang pemikiran yang lebih serius dan kematangan berpikir. Betapa tidak,
waktu kecil kita sudah disuguhkan dengan peribahasa yang begitu meyakinkan
kalau hanya ditafsirkan begitu saja, hingga membuat anak-anak terjerumus dan
melakukan eksperimen.
Anda yang sadar akan jalan pikiran saya membuat tulisan ini,
berarti anda hidup di zaman seperti halnya saya.
***
Debu Yandi | Blogger Kalteng
***
Debu Yandi | Blogger Kalteng
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.